Pesan KH. Ahmad Mustofa
Bisri kepada santri dan siswa.
oleh Adib Musyaffa AR
بسم الله الرحمن
الحمد لله الذي رفع الذين
امنوا والذين اوتوا العلم درجات والصلاة والسلام على سيدنا محمد الذي فرض على
المسلمين والمسلمات بطلب العلم وضمن لطالبيه اعلى مقامات وعلى اله واصحابه الذين
نالوا بعلومهم واخلاقهم كل حسنات¸و بعد.
Dulu, pendiri
Pesantren Taman Pelajar Islam ini, Almarhum
walmaghfurlah Hadiratusysyeikh
KH. Bisri Musthofa, selalu menekankan – sekaligus mengharapkan – kepada
santri-santrinya agar tidak puas hanya menjadi orang ‘alim, tapi hendaklah menjadi alim
yang ‘aqil.
Untuk
menjadi alim ( berilmu ) kita harus terus belajar dan belajar. Jangan pernah
puas dengan ilmu yang kita miliki. Sabda Nabi Muhammad SAW. :
" لا يزال الرجل عالما ما طلب العلم, فاذا ظن انه قد علم فقد
جهل"
“orang
akan terus ‘alim selama dia terus
belajar, begitu dia merasa telah ‘alim,
mulailah dia benar-benar bodoh”.
Belajar
tidak harus di sekolah, madrasah atau pesantren. Kita bisa belajar dimana saja,
berguru kepada siapa dan apa saja.
Orang ‘aqil dapat memanfaatkan ilmunya secara
optimal atau bahkan mengembangkannya. Ibarat orang yang mengetahui bahwa pedang
adalah senjata untuk perang, misalnya; dia akan menggunakannya untuk berperang.
Apabila orang itu juga ‘aqil, dia
akan dia dapat memanfaatkan pedang itu meski dalam keadaan damai dan tidak
sedang dalam berperang.
Orang yang menguasai
ilmu balaghah ( sastra ), akan
mengapresiasi dan menikmati keindahan maha sastra Al Qur’an. Apabila dia juga ‘aqil, maka – dengan ilmu itu – dia
dapat pula menciptakan karya sastra yang indah atau menjadi kritikus sastra
yang baik. Menggunakan bait Alfiyah (
Al-Khulashah – Ibnu Malik ) untuk “dalil” berceramah agama, adalah salah satu
bentuk kreatifitas ( kecuali bila si penceramah hanya meniru saja ceramah orang
lain ).
Ada ilustrasi
menarik. Seorang Kyai datang ke rumah dan dengan lugu mengatakan kepada saya
bahwa dia mempunyai “ilmu” yang kurang lebih sama dengan saya. Ilmu dari
pesantren. Pertanyaannya kemudian, mengapa saya dapat melahirkan karya-karya
yang dapat – kasarnya – menghasilkan uang dan dia tidak ?. Setelah uraian saya
di atas, tentunya kamu dengan mudah dapat menjawabnya.
Nah, gunakan
anugerah agung Allah berupa hati dan otak untuk terus menyerap cahyaNya. Jangan
pernah berhenti belajar, berpikir dan berzikir.
Saya selalu berdo’a baik untukmu.
a. mustofa
bisri
Tulisan
tersebut di atas diambil dari buku At-Ta’lif la-Tansa, sebuah buku Cindera-Mata dari
santri –termasuk saya - lulusan Madrasah Tsanawiyah Roudlotut Tholibien Rembang
Tahun Ajaran 2004-2005 M / 1425-1426 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar