Minggu, 13 Maret 2016

Pesan KH. Ahmad Mustofa Bisri kepada santri dan pelajar


Pesan KH. Ahmad Mustofa Bisri kepada santri dan siswa.
oleh Adib Musyaffa AR

بسم الله الرحمن
الحمد لله الذي رفع الذين امنوا والذين اوتوا العلم درجات والصلاة والسلام على سيدنا محمد الذي فرض على المسلمين والمسلمات بطلب العلم وضمن لطالبيه اعلى مقامات وعلى اله واصحابه الذين نالوا بعلومهم واخلاقهم كل حسنات¸و بعد.
Dulu, pendiri Pesantren Taman Pelajar Islam ini, Almarhum walmaghfurlah Hadiratusysyeikh KH. Bisri Musthofa, selalu menekankan – sekaligus mengharapkan – kepada santri-santrinya agar tidak puas hanya menjadi orang ‘alim, tapi hendaklah menjadi alim yang ‘aqil.
            Untuk menjadi alim ( berilmu ) kita harus terus belajar dan belajar. Jangan pernah puas dengan ilmu yang kita miliki. Sabda Nabi Muhammad SAW. :
" لا يزال الرجل عالما ما طلب العلم, فاذا ظن انه قد علم فقد جهل"
“orang akan terus ‘alim selama dia terus belajar, begitu dia merasa telah ‘alim, mulailah dia benar-benar bodoh”.
            Belajar tidak harus di sekolah, madrasah atau pesantren. Kita bisa belajar dimana saja, berguru kepada siapa dan apa saja.
Orang ‘aqil dapat memanfaatkan ilmunya secara optimal atau bahkan mengembangkannya. Ibarat orang yang mengetahui bahwa pedang adalah senjata untuk perang, misalnya; dia akan menggunakannya untuk berperang. Apabila orang itu juga ‘aqil, dia akan dia dapat memanfaatkan pedang itu meski dalam keadaan damai dan tidak sedang dalam berperang.
Orang yang menguasai ilmu balaghah ( sastra ), akan mengapresiasi dan menikmati keindahan maha sastra Al Qur’an. Apabila dia juga ‘aqil, maka – dengan ilmu itu – dia dapat pula menciptakan karya sastra yang indah atau menjadi kritikus sastra yang baik. Menggunakan bait Alfiyah ( Al-Khulashah – Ibnu Malik ) untuk “dalil” berceramah agama, adalah salah satu bentuk kreatifitas ( kecuali bila si penceramah hanya meniru saja ceramah orang lain ).
Ada ilustrasi menarik. Seorang Kyai datang ke rumah dan dengan lugu mengatakan kepada saya bahwa dia mempunyai “ilmu” yang kurang lebih sama dengan saya. Ilmu dari pesantren. Pertanyaannya kemudian, mengapa saya dapat melahirkan karya-karya yang dapat – kasarnya – menghasilkan uang dan dia tidak ?. Setelah uraian saya di atas, tentunya kamu dengan mudah dapat menjawabnya.
Nah, gunakan anugerah agung Allah berupa hati dan otak untuk terus menyerap cahyaNya. Jangan pernah berhenti belajar, berpikir dan berzikir.
Saya selalu berdo’a baik untukmu.
a.     mustofa bisri


Tulisan tersebut di atas diambil dari buku At-Ta’lif  la-Tansa, sebuah buku Cindera-Mata dari santri –termasuk saya - lulusan Madrasah Tsanawiyah Roudlotut Tholibien Rembang Tahun Ajaran 2004-2005 M / 1425-1426 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar