MBAH KENAR
Seorang Pelindung Para
Pejuang Kemerdekaan Indonesia
dari Dusun Tenggulun
Kelahiran Mbah
Kenar
Orang luhung, sakti
dan mempunyai kemampuan yang luar biasa inilah yang dipercayai warga dusun Tenggulun Desa Cikalong Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang tentang Mbah Kenar dari cerita kakek buyut mereka. Mbah Kenar kelahiran asli Dusun
Tenggulun diperkirakan lahir pada tahun 1870an Masehi di saat masa penjajahan,
karena tidak ada sumber yang menyebutkan tahun kelahiran yang pasti. Ini asumsi
dari sumber yang menyebutkan dan mengingat tahun pasti meninggalnya beliau
yakni tahun 1953 Masehi.
Mbah Kenar adalah keturunan
dari Mbah Nursaman yang memiliki seorang putri bernama Nurdapi dan dua orang
putra yang bernama Kenar dan Endar. Dari ketiga anaknya hanya Kenar yang tidak
mempunyai keturunan.
Mbah Nursaman atau
dikenal dengan Lurah Nursaman karena beliau adalah lurah di masa itu. Wilayah
kekuasaannya mencakup wilayah selatan hingga ke Jatisari sedangkan di wilayah
utara hingga ke Ciparage.
Keturunan
Kesultanan Kanoman Cirebon
Ada kisah yang
melingkupi kelahiran Lurah Nursaman yaitu ayah Mbah Kenar. Konon Lurah Nursaman
adalah keturunan dari Kesultanan Kanoman Cirebon yakni ayahnya adalah seorang
santri dari daerah Jawa.

Dikisahkan santri itu datang ke Desa Tenggulun untuk syi’ar agama Islam. Pada suatu masa sang santri berniat mengkhitbah/melamar seorang gadis dari dusun Tenggulun tapi setelah prosesi khitbah atau lamaran itu terjadi muncullah pengaruh –pengaruh buruk dari pihak ketiga yang tidak berkenan dengan pernikahan tersebut. Serta merta ayah sang gadis pun membatalkan lamaran dari sang santri dan menikahkan dengan laki-laki lain. Sang santri merasa kecewa ditengah. Kekecewaan sang santri hingga berujar (sabda pandito ratu/syiir) “jikalau sang gadis hamil anak pertama adalah laki-laki itu adalah anakku dan berikanlah dia nama Juminar, dia adalah titisanku”. Setelah mengeluarkan Syiir itu tidak ada lagi yang tahu kemana perginya sang santri itu.
Selepas kepergian sang
santri, gadis itu melahirkan seorang bayi laki-laki maka teringatlah sang gadis
akan ucapan santri yang pernah melamarnya. Diberilah bayi tersebut dengan nama Juminar.
Selang beberapa
kurun waktu Juminar terkenal dengan nama Mbah Nursaman hingga menjadi Lurah di
daerah Tenggulun dan terkenal dengan Lurah Nursaman.
Lurah Nursaman memiliki
seorang putri bernama Nurdapi dan dua orang putra yang bernama Kenar dan Endar.
Dari ketiga anaknya hanya Kenar yang tidak mempunyai keturunan. Akhirnya, Lurah
Nursaman menginginkan seluruh kesaktian dan pusakanya diwariskan kepada Kenar.
Kramat Mbah kenar

Setelah mengetahui
maksud kedua utusan tersebut, Sunan Kali Jaga menyuruh mereka untuk mencari ke
daerah Cilamaya. Beberapa tahun lamanya mencari dan bertanya kepada penduduk dan
orang-orang pintar di sekitar daerah Cilamaya, meraka pun belum mampu menemukan
barang yang dicari hingga melapor ke Sultan Kanoman Cirebon.
Setelah ketiga
kalinya mencari-cari, sampailah mereka di sebuah Dusun Tenggulun. Di Dusun Tenggulun
itulah mereka bertemu dengan seseorang yang dikenal Mbah Kenar. Pertemuan Mbah
Kenar dengan mereka bermaksud menjalankan perintah dari Kesultanan Kanoman
Cirebon untuk mencari benda yang hilang. Mbah Kenar yang telah mengetahui
maksud mereka pun akhirnya menunjukkan sesuatu. Alangkah terkejutnya kedua
utusan itu melihat benda yang hilang ada pada Mbah Kenar.
Tirakat Melek

Masa Agresi
Militer Belanda
Dikisahkan juga
bahwa semua jawara –jawara dari desa-desa lain pun takluk akan kesaktian Mbah
Kenar. Ketika ada serangan yang datang hanya dengan sekali hentakan tangan saja
sang jawara-jawara itu bisa terkapar tak berdaya.
Pada saat serangan
agresi militer Belanda ke-1 dan ke-2 yaitu tahun 1947-1948, dikisahkan bahwa
tentara kemerdekaan dan masyarakat menjadikan Dusun Tenggulun sebagai tempat
berlindung dari serangan tentara Belanda. Dimana saat itu tentara Belanda mengejar
para pahlawan yang berlari ke Dusun tenggulun. Di jajahan atau jalan yang
menuju ke Dusun Tenggulun tentara Belanda berhenti dan mencoba melihat dengan Teleskop
atau Keker. Alangkah terkejutnya tentara Belanda melihat Dusun Tenggulun
seolah-olah Dusun Tenggulun terlihat hanya lautan, maka Dusun Tenggulun dijadikan
tempat persenbunyian yang aman dari serangan udara maupun darat.
Sumur Taman Sari
Dikisahkan di
dalam peta tentara Belanda terlihat dan terdapat sebuah sumur. Setelah
dicari-cari sesuai petunjuk dalam peta tersebut tarnyata sumur itu adalah sumur
Taman Sari. Sebuah sumur yang dipercaya
sebagai sumur keramat bagi waraga sekitar. Konon sumur tersebut adalah sumur
tua yang dibuat oleh tentara kesultanan Mataram Islam yang dipimpin Sultan Agung
Mataram.
Dikisahkan pada
masa itu Kesultanan Mataram memerintahkan pasukannya untuk membantu penyerangan
ke Banten. Perjalan itu pun terhenti di Dusun Tenggulun karena kuda yang
ditungganginya kehausan. Sang utusan itu pun mencari sumber air dengan sebilah pisau
kecil. Setelah beberapa kali mencari sumber air, akhirnya ditemukanlah sumber
air itu. Sumber air itu pun dijadikan sumur yang sekarang dikenal dengan Sumur
Taman Sari. Setelah berhasil menemukan sumber air utusan itu pun kembali ke
Mataram dan meninggalkan pisau kecil itu di sekitar sumur.
Tempat Makam Mbah
Kenar

Dari semuanya, ada
salah satu hal yang menarik dari dusun ini yakni adanya makam Mbah Kenar dan Sumur
Taman Sari yang masih di keramatkan dan dilestarikan oleh semua warga Dusun Tenggulun.
Warga Dusun Tenggulun meyakini bahwa Mbah Kenar adalah sesepuh mereka yakni
pejuang kemerdekaan yang menjaga dusun mereka dan menjadi tauladan mereka.
Dari kisah singkat
Mbah Kenar tersebut terdapat kearifan lokal di mana warga Dusun Tenggulun
adalah warga yang menghargai sejarah nenek moyangnya menjaga peninggalan
–peninggalan yang baik dari para leluhur dan melestarikannya agar anak cucu
mereka kelak akan terus mengingat menerapkan ajaran- ajaran nilai kehidupan
yang baik dari leluhur mereka sebagaimana dikutip dari pribahasa bangsa yang
besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya.
-
O -
Kisah di atas
adalah hasil wawancara Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 2 Asshiddiqiyah
Karawang Tahun 2015 kepada Mbah Warid
yang masih keturunan dari Mbah Nursaman atau ayahanda Mbah Kenar.
Struktur
Organisasi
Kuliah Kerja
Nyatan (KKN) Kelompok 2
Mahasiswa
Asshiddiqiyah Karawang
Ketua :
Adib Musyaffa Abdurohman
Sekretaris :
Muhamad Noer Sidiq
Bendahara :
Ayu Rohayu
Anggota :
1.
Yakub Sirad
2.
Faisal Yuniar Choir
3. Cecep
Wahyudin
4.
Kiki Rizqiyah
5.
Sohiroh
6.
Aseng
7.
Irma Wati
8.
Fauziah Zein
Tidak ada komentar:
Posting Komentar