Kamis, 24 Desember 2015

Mbah Kenar dan Mbah Nursaman Dua Tokoh Dusun di wilayah Karawang

Hasil Wawancara

MBAH KENAR

Seorang Pelindung Para Pejuang Kemerdekaan Indonesia 
dari Dusun Tenggulun

Kelahiran Mbah Kenar
Orang luhung, sakti dan mempunyai kemampuan yang luar biasa inilah yang dipercayai warga dusun Tenggulun Desa Cikalong Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang tentang Mbah Kenar dari cerita kakek buyut mereka. Mbah Kenar kelahiran asli Dusun Tenggulun diperkirakan lahir pada tahun 1870an Masehi di saat masa penjajahan, karena tidak ada sumber yang menyebutkan tahun kelahiran yang pasti. Ini asumsi dari sumber yang menyebutkan dan mengingat tahun pasti meninggalnya beliau yakni tahun 1953 Masehi.
Mbah Kenar adalah keturunan dari Mbah Nursaman yang memiliki seorang putri bernama Nurdapi dan dua orang putra yang bernama Kenar dan Endar. Dari ketiga anaknya hanya Kenar yang tidak mempunyai keturunan.
Mbah Nursaman atau dikenal dengan Lurah Nursaman karena beliau adalah lurah di masa itu. Wilayah kekuasaannya mencakup wilayah selatan hingga ke Jatisari sedangkan di wilayah utara hingga ke Ciparage.
Keturunan Kesultanan Kanoman Cirebon
Ada kisah yang melingkupi kelahiran Lurah Nursaman yaitu ayah Mbah Kenar. Konon Lurah Nursaman adalah keturunan dari Kesultanan Kanoman Cirebon yakni ayahnya adalah seorang santri dari daerah Jawa.
Oval: 4
Dikisahkan santri itu datang ke Desa Tenggulun untuk syi’ar agama Islam. Pada suatu masa sang santri berniat mengkhitbah/melamar seorang gadis dari dusun Tenggulun tapi setelah prosesi khitbah atau lamaran itu terjadi muncullah pengaruh –pengaruh buruk dari pihak ketiga yang tidak berkenan dengan pernikahan tersebut. Serta merta ayah sang gadis pun membatalkan lamaran dari sang santri dan menikahkan dengan laki-laki lain. Sang santri merasa kecewa ditengah. Kekecewaan sang santri hingga berujar (sabda pandito ratu/syiir) “jikalau sang gadis hamil anak pertama adalah laki-laki itu adalah anakku dan berikanlah dia nama Juminar, dia adalah titisanku”. Setelah mengeluarkan Syiir itu tidak ada lagi yang tahu kemana perginya sang santri itu.
Selepas kepergian sang santri, gadis itu melahirkan seorang bayi laki-laki maka teringatlah sang gadis akan ucapan santri yang pernah melamarnya. Diberilah bayi tersebut dengan nama Juminar.
Selang beberapa kurun waktu Juminar terkenal dengan nama Mbah Nursaman hingga menjadi Lurah di daerah Tenggulun dan terkenal dengan Lurah Nursaman.
Lurah Nursaman memiliki seorang putri bernama Nurdapi dan dua orang putra yang bernama Kenar dan Endar. Dari ketiga anaknya hanya Kenar yang tidak mempunyai keturunan. Akhirnya, Lurah Nursaman menginginkan seluruh kesaktian dan pusakanya diwariskan kepada Kenar.

Kramat Mbah kenar
Oval: 6 Ada hikayat lain  pada masa itu Kesultanan Kanoman Cirebon mengutus dua orang utusan untuk mencari benda atau sesuatu yang hilang. Setelah utusan tersebut berkeliling dan mencari-cari benda yang hilang, kedua utusan itu pun akhirnya bertanya kepada para orang–orang alim atau linuwih. Bahkan, ada yang mengisahkan bahwa mereka bertanya kepada salah satu Wali Songo yakni Sunan Kali Jaga.
Setelah mengetahui maksud kedua utusan tersebut, Sunan Kali Jaga menyuruh mereka untuk mencari ke daerah Cilamaya. Beberapa tahun lamanya mencari dan bertanya kepada penduduk dan orang-orang pintar di sekitar daerah Cilamaya, meraka pun belum mampu menemukan barang yang dicari hingga melapor ke Sultan Kanoman Cirebon.
Setelah ketiga kalinya mencari-cari, sampailah mereka di sebuah Dusun Tenggulun. Di Dusun Tenggulun itulah mereka bertemu dengan seseorang yang dikenal Mbah Kenar. Pertemuan Mbah Kenar dengan mereka bermaksud menjalankan perintah dari Kesultanan Kanoman Cirebon untuk mencari benda yang hilang. Mbah Kenar yang telah mengetahui maksud mereka pun akhirnya menunjukkan sesuatu. Alangkah terkejutnya kedua utusan itu melihat benda yang hilang ada pada Mbah Kenar.
Tirakat Melek
Oval: 8 Semasa hidup Mbah Kenar dikisahkan warga adalah sosok pahlawan. Dia memiliki kemampuan luar biasa dan mempunyai ilmu kanuragan yang tinggi. Kelebihan atau laku lampah yang di jalankan Mbah Kenar semasa hidupnya konon warga tidak pernah melihat Mbah Kenar mengantuk atau tidur di malam hari atau pun di siang hari. Laku lampah tersebut dalam bahasa lokal disebut “tirakat melek”. Mbah Kenar di setiap malamnya selalu melakukan pekerjaan rutin seperti di pekarangan rumah , pemakan umum dusun. Hal itulah yang membuat Mbah kenar terlihat tidak pernah tertidur.
Masa Agresi Militer Belanda
Dikisahkan juga bahwa semua jawara –jawara dari desa-desa lain pun takluk akan kesaktian Mbah Kenar. Ketika ada serangan yang datang hanya dengan sekali hentakan tangan saja sang jawara-jawara itu bisa terkapar tak berdaya.
Pada saat serangan agresi militer Belanda ke-1 dan ke-2 yaitu tahun 1947-1948, dikisahkan bahwa tentara kemerdekaan dan masyarakat menjadikan Dusun Tenggulun sebagai tempat berlindung dari serangan tentara Belanda. Dimana saat itu tentara Belanda mengejar para pahlawan yang berlari ke Dusun tenggulun. Di jajahan atau jalan yang menuju ke Dusun Tenggulun tentara Belanda berhenti dan mencoba melihat dengan Teleskop atau Keker. Alangkah terkejutnya tentara Belanda melihat Dusun Tenggulun seolah-olah Dusun Tenggulun terlihat hanya lautan, maka Dusun Tenggulun dijadikan tempat persenbunyian yang aman dari serangan udara maupun darat.
Sumur Taman Sari
Dikisahkan di dalam peta tentara Belanda terlihat dan terdapat sebuah sumur. Setelah dicari-cari sesuai petunjuk dalam peta tersebut tarnyata sumur itu adalah sumur Taman Sari.  Sebuah sumur yang dipercaya sebagai sumur keramat bagi waraga sekitar. Konon sumur tersebut adalah sumur tua yang dibuat oleh tentara kesultanan Mataram Islam yang dipimpin Sultan Agung Mataram.
Dikisahkan pada masa itu Kesultanan Mataram memerintahkan pasukannya untuk membantu penyerangan ke Banten. Perjalan itu pun terhenti di Dusun Tenggulun karena kuda yang ditungganginya kehausan. Sang utusan itu pun mencari sumber air dengan sebilah pisau kecil. Setelah beberapa kali mencari sumber air, akhirnya ditemukanlah sumber air itu. Sumber air itu pun dijadikan sumur yang sekarang dikenal dengan Sumur Taman Sari. Setelah berhasil menemukan sumber air utusan itu pun kembali ke Mataram dan meninggalkan pisau kecil itu di sekitar sumur.
Tempat Makam Mbah Kenar
Oval: 12Dusun Tenggulun sebuah tempat yang berada di ujung wilayah utara Desa Cikalong Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang, terletak di tengah tengah areal pesawahan dan masuk + 1 kilo meter dari akses jalan raya kabupaten jalur Karawang- Wadas –Cilamaya. Semuanya Nampak sama dengan dusun-dusun lain. Alam dusun yang indah dengan udara yang masih segar  serta penghuni dusun yang ramah membuat nyaman tamu yang datang. Aktivitas warga dusun itu masih banyak yang bercocok tanam di sawah maupun di ladang.
Dari semuanya, ada salah satu hal yang menarik dari dusun ini yakni adanya makam Mbah Kenar dan Sumur Taman Sari yang masih di keramatkan dan dilestarikan oleh semua warga Dusun Tenggulun. Warga Dusun Tenggulun meyakini bahwa Mbah Kenar adalah sesepuh mereka yakni pejuang kemerdekaan yang menjaga dusun mereka dan menjadi tauladan mereka.
Dari kisah singkat Mbah Kenar tersebut terdapat kearifan lokal di mana warga Dusun Tenggulun adalah warga yang menghargai sejarah nenek moyangnya menjaga peninggalan –peninggalan yang baik dari para leluhur dan melestarikannya agar anak cucu mereka kelak akan terus mengingat menerapkan ajaran- ajaran nilai kehidupan yang baik dari leluhur mereka sebagaimana dikutip dari pribahasa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya.   

-          O     -
               
Kisah di atas adalah hasil wawancara Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 2 Asshiddiqiyah Karawang Tahun 2015  kepada Mbah Warid yang masih keturunan dari Mbah Nursaman atau ayahanda Mbah Kenar.
Struktur Organisasi
Kuliah Kerja Nyatan (KKN) Kelompok 2
Mahasiswa Asshiddiqiyah Karawang

Ketua            :      Adib Musyaffa Abdurohman
Sekretaris       :      Muhamad Noer Sidiq        
Bendahara      :      Ayu Rohayu                   
Anggota          :     
1.      Yakub Sirad
2.      Faisal Yuniar Choir
3.     Cecep Wahyudin
4.      Kiki Rizqiyah
5.      Sohiroh
6.      Aseng
7.      Irma Wati
8.      Fauziah Zein



Tidak ada komentar:

Posting Komentar